Cegah Pikun dengan Menghafal Al Quran
Cegah Pikun dengan Belajar dan Menghafal Quran, Ini
Penjelasannya!
Sebagaimana organ tubuh lainnya,
otak manusia juga mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya umur.
Penurunan fungsi otak, yang berakibat pada gangguan daya ingat atau intelegensia
ini disebut demensia, atau yang lebih kita kenal dengan pikun.
Jadi, pikun sebenarnya kondisi wajar untuk mereka yang sudah memasuki usia tua,
meski, ada juga kepikunan yang terjadi karena penyakit yang memang merusak
jaringan otak seperti penyakit Alzheimer.
Kepikunan bisa menggejala secara
ringan saja seperti lupa dimana meletakkan barang. Namun, pada tingkatan yang
cukup parah, penderita demensia tidak dapat mengenali dirinya, keluarga, dan
lingkungannya sehingga menjadi sangat tergantung kepada orang lain. Ini
biasanya terjadi pada mereka yang mengalami kepikunan karena penyakit, baik
penyakit Alzheimer atau penyakit aterosklerosis (sumbatan)
pada pembuluh darah.
Stimulasi otak sampai tua
Seperti mesin, semakin sering
digunakan, organ tubuh kita akan semakin cepat aus. Namun, hal yang berbeda
berlaku pada otak. Meski semakin tua seseorang, otaknya akan mengalami berbagai
perubahan struktur maupun kimiawi yang khas, sehingga terjadilah penurunan
fungsi maksimalnya, tetapi tingkat “keausan” otak justru bisa diperlambat bila
otak semakin banyak dan sering digunakan. Begitu pula penerapan pola hidup
sehat – cukup olahraga dan gizi imbang serta jauh dari rokok, alkohol dan
zat-zat terlarang – akan turut membantu maksimal fungsi otak untuk kurun waktu
yang lebih lama.
Jadi, terus belajar dan banyak
melakukan aktivitas yang bermanfaat, merupakan kunci stimulasi terhadap otak,
karena dari stimulasi inilah sel-sel syaraf otak terus dirangsang untuk hidup,
aktif dan berkembang. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya sumbatan, lesi
(luka), bahkan luruhnya sel-sel otak (yang biasa terjadi pada sel-sel yang lama
tidak digunakan) bisa diminimalisasi.
Fungsi otak dapat dirinci dan
dipilah-pilah. Fungsi otak belahan kiri berpusat pada urusan kemampuan
baca-hitung-tulis yang logis analitis. Sementara otak belahan kanan berperan
pada urusan pemantauan dan perlindungan diri terhadap lingkungan, sosialisasi,
spiritual, musik, kesenian, peribahasa, dan emosi.
Aktivitas dua belahan otak ini
dikoordinasi secara fisiologis melalui serabut saraf (korpus kalosum)
yang berfungsi menjadi jembatan komunikasi antara kedua belahan otak. Jembatan
inilah yang memungkinkan orang menggunakan kedua belahan otak secara bergantian
maupun komplementer, menurut situasi dan kondisi tertentu. Maka, semakin banyak
aktivitas yang merangsang sel-sel syaraf otak kiri dan kanan, juga merangsang
“hidupnya” jembatan saraf, membuat penggunaan otak secara keseluruhan menjadi
semakin maksimal dan kepikunan pun dapat diperlambat.
Hanya 20 persen sepanjang
hidup
Sepanjang hidupnya, umumnya manusia
diketahui hanya menggunakan tak lebih dari 20 persen kemampuan otaknya.
Sebanyak 80 persen lagi, hilang dan luruh seiring tak termanfaatkannya sel-sel otak
sejak meninggalkan masa balita. Namun, dalam memanfaatkan yang 20 persen ini
pun tak banyak orang yang bisa mencapai taraf maksimal, terbukti dari
terdapatnya jutaan orang yang mengalami kepikunan di dunia. Untuk kasus
Indonesia, hingga saat ini diketahui ada sekitar 15 juta jiwa penduduk usia
manula dan 15 persen diantaranya mengalami kepikunan.
Pada umumnya, fungsi otak belahan
kanan memang lebih cepat menurun daripada yang kiri. Itulah mengapa semakin
tua, orang semakin sering lupa. Daya ingat visual pun menurun, sehingga
orangtua mudah lupa wajah orang, sulit berkonsentrasi dan cepat beralih
perhatian. Selain itu, juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana
seperti berjalan, berlari, membuka dan menutup telapak tangan dan banyak lagi.
Gejala-gejala ini memang bersifat
individual, tidak sama tingkatnya pada satu orang dengan orang lain. Namun,
penelitian menunjukkan, kebanyakan orangtua yang penurunan fungsi otaknya masih
dalam batas normal-hanya menjadi lebih lamban dari mereka yang berusia muda-
dikarenakan proses plastisitas otak mereka terus berjalan. Proses plastisitas
adalah kemampuan sebuah struktur dan fungsi otak yang saling terkait untuk
tetap berkembang karena adanya stimulasi. Itu sebabnya, agar tidak cepat
mundur, proses plastisitas ini harus dipertahankan.
Stimulasi untuk meningkatkan
kemampuan belahan kanan perlu diberikan porsi yang memadai, berupa latihan atau
permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau memori visual termasuk
melakukan aktivitas seperti banyak bergaul, bersilaturahmi, aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial.
Sementara fungsi otak kiri bisa
dimaksimalkan dengan melakukan aktivitas-aktivitas rutin secara kontinyu,
seperti membaca Al Quran, menulis buku harian, bahkan sekedar melakukan
kegiatan-kegiatan rutin rumah tangga seperti memasak, membetulkan pagar, dan
banyak lagi.
Semua stimuli otak ini dapat kita
rangkum dalam sebuah kata kunci pencegah kepikunan, Use it or lose
it! Dan benarlah Rasulullah ketika memerintahkan kita untuk terus
belajar semenjak dari buaian hingga ke liang lahat.
Cegah pikun dengan tiga langkah
Dengan demikian, setidaknya ada tiga
jalan yang bisa dilakukan sejak usia muda, untuk memperlambat atau mencegah
datangnya pikun. Pertama, ingat prinsip ”belajar selama hayat di
kandung badan.” Artinya, jangan pernah berhenti belajar. Terus menstimulasi
otak dengan cara membaca, menulis, termasuk menghafal Al Quran adalah resep
mujarab menghindari pikun. Bilapun Anda kini merasa membutuhkan upaya yang jauh
lebih keras untuk memahami isi bacaan dibanding sekian tahun yang lalu, jangan
sedih. Upaya itu bagaimanapun jauh lebih baik daripada membiarkan otak
menganggur.
Al Imam Al Quthubi mengatakan :
“Barang siapa yang membaca Al Quran
,Maka Allah menjadikan ingatannya Segar meskipun umurnya telah mencapai 100
Tahun “
Berkata Abdul Malik Bin Umar :”
“Satu satunya Manusia Yang Tidak
Pikun Adalah orang yang selalu membca Al Quran “ dalam redaksi lain “Manusia yang jernih Akalnya Adalah para pembca
Al Quran “
Bagi orang yang Mulai lanjut
Usia seperti yang sudah pensiun ,
aktivitas mulai berkurang, sangat baik sekali memulai menghafal Al Quran, bukan hanya
terbebas dari kepikunan akan tertapi waktu-waktu yang ada akan menjadi
sangat berkah karena digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat untuk dunia dan
Akhirat. Selain itu dengan membaca Al Quran secara benar ikut juga melatih sistem pernafasan, karena harus
menarik nafas dan mengeluarkan perlahan sejalan dengan bacaaan. Keteraturan
pernafasan ini juga membuat tubuh dan
pikiran relax sehingga emosi stabil,
hormon menjadi stabil. Tidak mengherankan penelitian terkini menunjukkan bahwa
menghafal dan membaca Al Quran mampu
sebagai Syifa (penyembuh ) dari berbagai penyakit fisik.
Kedua, Biasakan Tafakur
dan Tadabbur memikirkan ciptaan Allah SWT secara mendalam betapa Maha Kuasanya Allah SWT.
Ketiga, aktiflah bermasyarakat. Membina
hubungan dengan orang lain merupakan salah satu upaya untuk tetap memfungsikan
otak kanan. Segala aktivitas bisa dilakoni, baik aktivitas yang bersifat
“mengambil” peran maupun “memberi” peran.
Keempat jalani hidup sehat. Selalu
mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi, tidakmerokok, minum minuman keras
dan rutin berolahraga adalah moal utama kita dalam memasuki masa tua dengan
penuh manfaat, jauh dari kepikunan. InsyaAllah.
Sumber :
www. kaheel7.com
0 Response to "Cegah Pikun dengan Menghafal Al Quran"
Posting Komentar