QURANIC IMMUNITY
QUR’ANIC IMMUNITY Sebagai Saran Solusi Covid 19
Alhamdulillah lebih dari 95% PDP (Pasien Dalam Pengawasan)
yang penulis tangani sampai saat ini dinyatakan sembuh dan berhasil pulang.
Sebutlah Prof DR Dr Idrus Paturusi. Beliau Guru Besar UNHAS dan Mantan Rektor
yang sembuh pada tanggal 3 April 2020.
Tokoh Sepakbola Nasional, Andi Darussalam Tabusala juga baru
saja dinyatakan sembuh dari covid, setelah diisolasi selama 16 hari. Haru biru
menghiasi kepulangan beliau, karena secara kondisi kesehatan, mantan manajer
Timnas Indonesia ini, sangat rentan.
Beliau sudah berumur 70 tahun, riwayat darah tinggi,
diabetes 30 tahun, 15 tahun suntik insulin, operasi ginjal karena CA, 5 tahun
cuci darah... riwayat yang dahsyat. Namun, Allah berkehendak lain, komentator
sepakbola yang rutin menghiasi layar kaca di era 1990-an ini, selamat, untuk
menjadi bekal keyakinan bagi kita yang masih hidup.
Kedua tokoh besar tersebut mewakili puluhan PDP yang sembuh
menggunakan metode penyembuhan Al-Qur’an menghadapi covid-19 ini. Saya
membimbing mereka konsultasi jarak jauh untuk melakukan terapi menggunakan
Al-Qur’an. Ada yang dibantu keluarganya, ada juga PDP yang bersangkutan yang
berkomunikasi di ruang isolasi. Dan hampir seluruhnya alhamdulillah, atas izin
Allah, berhasil sembuh.
Ada satu PDP yang syahid, insya Allah. Beliau adalah Abdul
Qadir Zaelani, berumur 41 tahun. Syahid di tanggal 5 April 2020. Penulis
merasakan kerisauan keluarganya krn kuburnya pun dirahasiakan. Namun sangat
terasa, keluarganya bangga dan bersyukur, predikat syahid disandang Abdul
Qadir.
Dari hampir 30 yang penulis bimbing, 1 PDP syahid. Angka
yang In Syaa Allah cukup menggembirakan.
Dari semua keberhasilan itu, maka penulis mengajukan
Qur’anic Immunity untuk dijadikan solusi bagi wabah covid-19. Tentu saja ide
ini ditujukan kepada Muslim yang mengimani Al-Qur’an sebagai Syifa’
(obat/penyembuh/penawar). Dengan tetap menghormati pemeluk agama lain.
PSBB VERSUS HERD IMMUNITY
Per tulisan ini dibuat (21/4), penulis sudah 5 minggu
mengurung diri di rumah mengikuti anjuran pemerintah. Secara pribadi, saya
menguatkan diri, untuk siap melakukan pengurungan diri ini selama mungkin.
Dan penulis yakin, kalangan menengah yang terbiasa online
dan memilki tabungan juga siap tetap berada di rumah lebih lama lagi.
Pertanyaannya, apakah semua masyarakat siap? Bagaimana dengan kalangan menengah
ke bawah? Yang sebelum PSBB saja sudah menggantungkan kehidupannya pada
penghasilan harian.
Penulis tertegun dengan bahasan selebriti podcast yang
sedang naik daun, Deddy Corbuzier. Di Channel Youtube-nya, video yang diunggah
20 April 2020, nampak kegalauan yang teramat sangat antara beliau dan tamunya.
Dalam wawancara itu, saya menangkap kegalauannya lebih ke
potensi kerusuhan, yang bisa meledak kapan saja. Dan saya yakin, itu juga yang
berada di fikiran banyak orang. Di media mainstream pun sudah mulai ada
berita-berita keharuan, keluarga yang tidak bisa makan berhari-hari.
Kita pun memahami pemerintah, yang memang dengan pilihan
terbatas, akhirnya harus menetapkan PSBB sebagai solusi. Pembatasan Sosial
Berskala Besar ini dipilih, untuk tidak membebani keuangan pemerintah yang
memang tidak-lega keuangannya.
Pe-ernya adalah, harus disiapkan dampak pada masyarakat
lapar yang tidak bisa dikendalikan fikiran “gelap”nya. Yang saat “hanya di
rumah saja” mendengarkan tangisan demi tangisan anak yang kelaparan. Dulu
jumlahnya masih bisa terukur, namun di masa covid19 ini jumlahnya meledak, dan
dalam beberapa bulan ke depan, makin tidak bisa diprediksi.
Sebelum covid19, kalangan menengah juga bisa menjadi mitra
pemerintah dalam berdonasi. Tapi di masa covid19, kalangan menengahpun
terdampak. PHK besar2an sudah di depan mata.
Pilihan PSBB nampaknya bukanlah solusi akhir. Karena sangat
tidak ideal, dan rentan menimbulkan dampak sosial. Saya yakin pemerintah saat
ini sedang menyiapkan strategi lain.
Dalam fikiran penulis, pilihan selain PSBB adalah Herd
Immunity. Inggris, Belanda dan Swedia sempat melirik metode ini. Namun herd
immunity bernuansa seperti kalah perang. Sebagian mental masyarakat juga bisa
“down” jika mendengar angka pasien yang semakin meningkat. Dan akhirnya, ketiga
negara itu kembali lagi ke strategi Lockdown.
Singapura yang awalnya dibanggakan dengan strategi “total
football”nya menghadapi covid dan berhasil menekan jumlah penderita, ternyata
sekarang “jebol”, terjadi ledakan penderita dan kini, per tulisan ini dibuat,
ada 6558 kasus, menyusul Indonesia dan Filipina. Padahal negara kecil.
Kuwait yang menerapkan Lockdown total dan jam malam, malah
angka penderitanya meningkat dari 37 menjadi 1995 kasus. Lockdown ketat, malah
penderita meningkat. Kok bisa?
Dan yang kini menjadi berita hangat, Amerika diambang
tahapan kerusuhan sosial. Twit Donald Trump untuk memprovokasi pendukungnya
untuk ”liberate” atau melawan lockdown malah berbuah demonstrasi besar2an di
banyak negara bagian.
Lalu, Indonesia mau apa?
DANGER VERSUS FEAR
Dalam keadaan ini, rasanya Indonesia bisa menyalip di
tikungan, mengutip ungkapan2 yang sering dikemukakan Mardigu Wowik. Ya, saya
sependapat. Penulis yakin, Indonesia bisa menyalip di tikungan. Saat semua
negara kebingungan, Indonesia bisa pulih lebih awal. Dan membangun ekonomi
lebih cepat dari yang lain.
Semua itu bisa dilakukan, asalkan semua pihak mengetahui
bedanya “Danger” dengan “Fear”. Benar, covid19 adalah Danger, tapi kita tidak
boleh berada dalam state Fear terus menerus. Harus ada titik tenangnya. Makin
cepat titik tenang ini tercapai, makin cepat kegiatan masyarakat bisa pulih
kembali.
Maksudnya begini. Covid19 mungkin sampai dua tahun ke depan
akan tetap menjadi “bahaya” yang mengintai. Dan harus difahami itu sebagai hal
yang lumrah. Seperti bahaya perampok, itu semua sudah faham, sampai kapanpun
akan ada perampok. Tapi kita tidak lagi berada dalam ketakutan kan? Karena
yakin ada polisi yang bekerja profesional. Dan dengan pembagian tugas dengan
Polisi, kita bisa tidur nyenyak.
“Danger” covid19 memang tetap ada, tapi sepatutnya kita
tidak mengizinkan “Fear” mendominasi hidup kita.
MENCAPAI TITIK TENANG
Maka, yang diperlukan menghadapi covid19 ini bukan vaksin.
Karena bagi penulis, menunggu vaksin adalah sebentuk kekalahan. Selain waktu
yang tidak bisa diprediksi, vaksin juga harus mengeluarkan biaya mahal yang
harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, dampak ekonomi juga
sudah habis2an, selama masa menunggu.
Jika vaksin tidak bisa ditunggu, lalu apa?
Hemat penulis, semua pihak terutama pemimpin sosial harus
berfikir tentang “titik tenang” ini. Dibanding dengan kampanye “stay at home”,
harus ada kampanye lain yang lebih bernuansa solusi. Perlu dicatat, penulis
bukan berarti menganggap kampanye stay at home tidak bermanfaat. Namun lebih ke
menatap solusi lain.
Misalnya begini. Titik tenang menghadapi perampok yang
merajalela, adalah kampanye besar2an bahwa Polisi bekerja dengan profesional.
Diblow up besar2an di media bahwa gembong2 besar perampok sudah ditangkap. Itu
akan membuat tenang masyarakat dibandingkan dengan kampanye “berhati2-lah
dengan bahaya perampok, dan selalu duduklah di rumah”
Begitu juga dengan covid19. Sudah jelas bahwa PSBB dan stay
at home mengandung resiko yang belum bisa diukur sekarang. Herd Immunity juga
penulis fikir bukan pilihan bijak.
Lalu apa? Penulis menawarkan QUR’ANIC IMMUNITY
Sekali lagi, ini tentu saja ditujukan bagi komunitas Muslim.
Untuk agama lain, penulis yakin bisa juga diarahkan kembali ke agama masing2.
QUR’ANIC IMMUNITY
Bruce H Lipton, seorang biologist terkenal dari Amerika
lantang di channel Youtube-nya menyampaikan bahwa covid19 bisa ditangani dengan
mudah.
Professor yang menjadi rujukan dalam menjembatani antara
science dan spiritual ini awalnya mengatakan bahwa gen menentukan penyakit.
Namun dia resign dari professornya karena merasa bersalah dengan pengajarannya
itu. Dan kini, di usianya yang sudah 75 tahun, kerap memberi pelajaran tentang
epigenetics. Sebuah teori yang meyakini bahwa ekspresi gen dipengaruhi oleh
lingkungan, termasuk fikiran, perasaan, motivasi dan belief.
Tentang covid19, inilah ungkapan Prof Bruce H Lipton:
“Benar, covid19 adalah penyakit yang berbahaya, karena dia sejenis flu berat
yang mematikan. Kenapa banyak yang mati, karena covid19 adalah flu baru, yang
sel kita belum memiliki memori untuk mengeluarkan anti body nya. Tapi
percayalah, bahwa yang terkena dampak paling mematikan adalah mereka yang tidak
punya imunitas. Dengan sikap yang takut akan ancaman, akal akan mengeluarkan
hormon stress dan mematikan imunitas tubuh (Shutdown the Immune System), yang
pada akhirnya tidak bisa melawan virus covid19”
Silahkan menuju ke channel Youtubenya untuk dapatkan
informasi dan ilmu2 penting di sana.
Pernyataan di atas sangat penting dalam menghadapi covid19
ini. Selain karena sesuai dengan cara kerja imunitas tubuh, pernyataan itu juga
diungkapkan oleh biologist terkenal yang semoga bisa didengarkan oleh seluruh
tenaga kesehatan di seluruh dunia.
Hal ini juga diperkuat dengan keterangan Prof Dr Muhayya,
seorang professor terkenal dari Malaysia.
Pada wawancara saya dengan beliau, Prof DR Dr Muhayya
mengatakan “Saya pribadi sebagai dokter perubatan memerlukan banyak
perlindungan, dan tidak ada yang lebih baik daripada Al-Qur’an. Dengan getaran
Al-Qur’an yang sampai ke sel, maka sel itu akan melawan virus dengan sangat
kuat”
Itulah yang penulis praktekkan pada puluhan PDP, dengan
positif thinking ditambah dosis Al-Qur’an, makin kuat beliefnya, terbentuklah
imunitas di level sel. Qur’anic Immunity terjadi. Sebutlah bu Dian yang kisahnya
sangat mengharukan. Berawal dari kontak dengan mitra kerja dari luar negeri,
berdua suami istri akhirnya harus mengalami positif covid19.
Saat diperiksa dan dinyatakan positif, keduanya harus
mengalami perawatan di tenda darurat tentara di sebuah RS di tangerang. Tapi
karena tenda yg dipasang di parkiran itu tidak memiliki jendela, bu Dian malah
kambuh asmanya setelah 2 hari dirawat intensif. Saat mengadu pada petugas yang
menjaganya, malah disuruh pulang.
Menyandang status PDP, bu Dian dan suaminya kebingungan.
Dari jam 11 malam sampai 4 pagi hanya berada di mobil, tidak berani bertemu
siapapun, takut malah menularkan penyakit ini. Sampai akhirnya berbekal info
dari temannya, kedua pasutri ini menyetir dalam keadaan lemas ke RS Sulianti
Saroso. Singkat cerita, dia menghubungi saya dan saya bimbing melakukan
Qur’anic Immunity.
Setelah 14 hari dirawat, beliau selamat dan menceritakan
kisah ajaibnya di Facebooknya, Dian Eva Agustina. Bersyukur Al-Qur’an
meningkatkan imunitasnya dan sembuh atas izin-Nya.
Begitu juga dengan Prof DR Dr Idrus, istrinya intensif
komunikasi dengan saya. Pak Andi Darussalam pun begitu. Dan puluhan PDP yang
berhasil selamat, alhamdulillah. Semua menggunakan metode yang sama.
Bahkan ada seorang WNI yang terjebak di New York, episentrum
covid19 yang sudah mencapai 4000 orang tewas per hari. Bu Mahdalia Eva namanya,
setelah 11 hari konsultasi, merasa bahagia dan menyatakan dirinya sudah jauh
lebih baik. Beliau tidak bisa menyatakan sembuh, karena tidak bisa mengakses RS
yang sudah penuh sesak dengan pasien. Beliau hanya bisa perawatan di rumah
dengan Qur’anic Immunity ini. Ada satu WNI kawannnya yang sudah meninggal. Atas
izin Allah, beliau selamat.
Tentu, ajal semuanya di tangan Tuhan. Tapi kita manusia
diwajibkan berusaha dan tawakkal.
Penulis berfikir, jika seandainya kampanye Qur’anic Immunity
ini dilakukan dengan massif di seluruh kaum Muslimin, semua melakukannya dengan
serentak, dan akhirnya tercapai titik tenang, nampaknya akan ada cerita yang
berbeda, dalam waktu dekat nanti. Kata kuncinya : massif dan serentak.
BERBAGI PERAN
Para ustadz nampaknya harus bergandengan tangan melakukan
kampanye ini. Buat tenang masyarakat, bahwa obatnya sudah ada di tengah-tengah
mereka, yaitu Al-Qur’an. Bawakan ayat2 Al-Qur’an tentang Syifa’ dan bahwa
Al-Qur’an adalah mu’jizat.
Bisa juga melakukan kampanye2 seperti ini:
- Selain menggunakan masker, pastikan keluar rumah hanya
setelah membaca Al-Qur’an, beberapa lembar
- Lakukan ruqyah Syar’iyyah, dzikirkan ayat2
pilihan/ma’tsur, lalu tiup di air (amalan meniup ke air ini dishahihkan oleh
banyak ulama termasuk syaikh Abdullah bin Baaz, silahkan googling)
-Sebelum tidur, baca beberapa ayat Al-Qur’an, tiup ke
telapak tangan, usapkan ke seluruh tubuh
- Lakukan Tadarrus bersama keluarga
- Perdengarkan murattal Al-Qur’an di rumah-rumah kaum
Muslimin.
- Jika berkenan, bisa gunakan metode garpu tala yang penulis
lakukan. Silahkan googling untuk metodenya.
- Dan semua cara untuk mendekat kepada Al-Qur’an
Lakukan semua amalan, untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai
solusi. Dengan menekankan keyakinan yang teguh bahwa Al-Qur’an adalah syifa’
(obat/penyembuh/penawar). Harus sepenuh keyakinan, saat mendekat ke Al-Qur’an,
sudah kuat imunitas tubuhnya. Dan
akhirnya bisa beraktivitas seperti biasa.
Kuncinya ada di Keyakinan. Makin yakin, makin kuat
imunitasnya. Efek keyakinan inilah yang akan mengeluarkan hormon2 positif yang
berguna bagi imunitas tubuh.
Lakukan kampanye ini, sampaikan dengan lantang bahwa banyak
yang sembuh menggunakan Al-Qur’an. Ajak wawancara PDP yang sembuh, tanyakan
apakah Al-Qur’an memiliki dampak, lalu ceritanya, viralkan!Semoga setelah itu
media mainstream mau juga memberitakan.
Kepada tenaga kesehatan, saya juga menganjurkan agar terbuka
dengan cara2 Ruqyah Syar’iyyah. Ketahuilah, bahwa obat fisik bukan satu2nya
penyembuh. Diperlukan kekuatan Doa dan Tuhan yang lebih dari biasanya. Semoga
bisa mendengarkan seruan Prof DR Dr Idrus Paturusi yang menyarankan Qur’anic
Immunity ini dilakukan. Yakinkan, dengan metode ini, jumlah nakes yang gugur
akan berkurang.
Kepada para pasien, tenanglah. Anda dipilih oleh Allah swt
untuk menyandang kampanye ini. Pilihan Anda hanya ada 2. Selamat dan Sembuh
sehingga jadi bukti mu’jizatnya Al-Qur’an. Atau kedua, jikapun meninggal mati
syahid seperti janji Nabi Muhammad saw. Keduanya indah, jadi tenanglah.
Kepada para pemimpin negeri, pak polisi, tentara, politisi,
semoga bisa juga melakukannya untuk perlindungan diri sendiri dan mengajak
semua rakyat Muslim kembali yakin kepada Al-Qur’an. Anda akan dapatkan pahala
besar dan ganjaran dari Allah, atas kampanye ini.
HASIL AKHIR
Jika kampanye ini benar-benar massif dilakukan, apalagi ada
bulan Ramadhan, harapannya saat PSBB berakhir, semua pihak telah menggunakan
Qur’anic Immunity sebagai pilihan.
Hal ini agar kita bisa kembali hidup normal, keluar dari rumah2
kita dengan percaya diri. Namun ada yang berbeda, Al-Qur’an telah menjadi gema
yang menggaung di setiap rumah kaum Muslimin.
Minimal 2 tahun saja ke depan,
sampai covid19 ini berakhir. Tentu harapannya setelah itu berlanjut.
Semoga Allah selamatkan bangsa dan negara kita. Aman semua
penduduknya. Dan kembali menjadi Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur. Aamiin.
Wassalam,
Nasrullah
Penulis buku Magnet Rezeki dan mengajarkan Keajaiban
Al-Qur’an untuk kehidupan.
CATATAN :
- Saran ini tidak menjadikan keputusan pemerintah tidak
dilakukan. Penulis meyakini, mengikuti ulil amri juga bagian dari amal sholeh
yang wajib dilakukan. Namun berharap para pemimpin bisa membaca dan
mempertimbangkan tulisan ini.
0 Response to "QURANIC IMMUNITY"
Posting Komentar